Oleh Ani Meitikasari
Di era digital abad 21, tuntutan pembaharuan yang inovatif dengan memanfaatkan TIK terutama di dunia pendidikan menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan, standar kinerja akademik juga mengalami dinamisasi sering perkembangan TIK dan globalisasi yakni Partnership for 21st Century Leaning (Life and Carreer Skills, Learning Innovation Skills and Information, Media and Technology Skills). Hal ini berarti bahwa peserta didik harus memiliki kecakapan abad 21 yang mumpuni yaitu kualitas karakter, kompetensi dan literasi. Oleh sebab itu, pendidik sebagai tokoh sentral seyogyanya berinovasi dalam pembelajaran guna mempersiapkan peserta didik mencapai keterampilan abad 21 tersebut melalui long-life learning, yaitu: critical thinking, creativity, communication dan collaboration.
Namun, pada realitasnya, pembelajaran masih belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Pembelajaran masih bersifat Teacher-Centered Approach, Motivasi dan Kemandirian siswa yang masih belum terasah dengan baik, pembelajaran masih berfokus pada " hasil angka" daripada "makna yang kontektual" dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, adanya Portal Rumah Belajar membawa "Angin Segar" bagi semesta ilmu dikarenakan begitu "komplit" nya fitur yang ada. Dimulai dari Materi, aktivitas bahkan instrumen pembelajaran pun lengkap bagi seluruh jenjang pendidikan. Selain itu, Portal Rumah Belajar dapat dikolaborasikan dengan berbagai metode pembelajaran yang lebh aplikatif misalnya dengan Project Based Experiential Learning (PBEL).
Pada dasarnya, PBEL merupakan "Duet Maut" antara dua pendekatan yang menitikberatkan pada "Pembelajaran bermakna" yakni Experiential Learning
dan Project Based Learning. Pertama, EL dikemukakan oleh David Kolb (1939) yakni “learning through experience”, atau “learning by doing” yang berarti “pembelajaran melalui pengalaman”. Lebih lanjut lagi, menurut Association for
Experiential Education (2011), Experiential Learning (EL) adalah sebuat
metode pembelajaran yang tidak hanya bertujuan untuk mengikutsertakan peserta
didik pada pengalaman nyata dan berfokus pada proses refleksi guna meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan juga menjelaskan nilai tetapi juga
menyediakan lingkungan yang tepat untuk belajar bahasa. Dalam hal ini, metode Experiential Learning (EL) diinovasikan
menjadi sebuah event yang berupa
pameran hasil karya siswa, demonstrasi windows
shopping dan perlombaan yang menggunakan bahasa Inggris dan dikolaborasikan
dengan Project Based Learning dengan memanfaatkan TIK, sehingga diharapkan
dapat memberikan pemahaman yang utuh dan rinci mengenai materi pembelajaran
kepada siswa, dan menjadi ajang untuk meningkatkan kemandirian, keterampilan
dan kreatifitas siswa dalam menghasilkan karya dalam bahasa Inggris, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam hal ini, pameran tersebut terangkum dalam S1GER (SMPN 1 Gedung Aji, English Expo and Arts) yang merupakan kegiatan puncak dari metode PBEL terutama untuk pembelajaran Bahasa Inggris pokok bahasan Procedure Text.
Buku Siswa Kelas IX “When English Rings a Bell”, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia: 2018
Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Kolb, D. A. and Boyatzis, R, E. 1999. Experiential Learning Theory: Previous Research and New Directions. Revised by R. J. Sternberg and L. F. Zhang (Eds.), Perspectives on cognitive, learning, and thinking styles. NJ: Lawrence Erlbaum, 2000
Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar